Halaman
Bab 4 Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia Pascapengakuan Kedaulatan
4343
4343
43
12345678901234567890123456789012123456
12345678901234567890123456789012123456
12345678901234567890123456789012123456
12345678901234567890123456789012123456
12345678901234567890123456789012123456
12345678901234567890123456789012123456
12345678901234567890123456789012123456
12345678901234567890123456789012123456
TT
TT
T
ujuan Pujuan P
ujuan Pujuan P
ujuan P
embelajaran
embelajaran
embelajaran
embelajaran
embelajaran
Pada bab ini kalian akan mempelajari tentang perkembangan ekonomi dan politik Indo-
nesia pascakedaulatan. Setelah mempelajari materi pada bab ini kalian diharapkan mampu
mendeskripsikan tentang proses kembalinya negara Indonesia ke bentuk negara
kesatuan/NKRI, perkembangan politik pada masa demokrasi liberal, pemilu pertama,
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, persaingan ideologis pada masa demokrasi terpimpin dan
perkembangan ekonomi Indonesia pasca pengakuan kedaulatan sehingga kaian mampu
memahami kondisi Indonesia saat itu.
Kalian tentu sudah pernah melihat sapu lidi. Sapu lidi yang baik antara lain terdiri dari
banyak lidi, besar dan panjang lidi hampir sama, serta diikat dengan tali yang kuat. Kalian
dapat membayangkan, bagaimana jika sapu lidi kurang dari sepuluh dan tidak diikat.
Dapatkah digunakan untuk menyapu? Tentu tidak bukan? Negara Kesatuan Republik Indo-
nesia (NKRI) dapat kita ibaratkan sebagai sapu lidi, jika bagian dari negara bercerai berai
dapat dipastikan kehidupan bernegara tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat dengan wilayah
meliputi bekas daerah jajahan Belanda, telah tercabik-cabik oleh politik devide et impera
yang dilaksanakan oleh Belanda. Namun atas dasar semangat persatuan dan kesatuan
NKRI tetap terwujud, meskipun setelah pengakuan kedaulatan terjadi peristiwa-peristiwa
politik maupun ekonomi.
Sumber: Sumber:
Sumber: Sumber:
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
Kata KunciKata Kunci
Kata KunciKata Kunci
Kata Kunci
RIS
NKRI
Unitaris
Federalis
Konstituante
Dekrit Presiden
Manipol
Dwikora
Inflasi
PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI
PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI
PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI
PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI
PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI
INDONESIA P
INDONESIA P
INDONESIA P
INDONESIA P
INDONESIA P
ASCAPENGAKUAN
ASCAPENGAKUAN
ASCAPENGAKUAN
ASCAPENGAKUAN
ASCAPENGAKUAN
KEDAULKEDAUL
KEDAULKEDAUL
KEDAUL
AA
AA
A
TT
TT
T
ANAN
ANAN
AN
BABBAB
BABBAB
BAB
44
44
4
IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX
4444
4444
44
Peta Konsep Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia
Peta Konsep Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia
Peta Konsep Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia
Peta Konsep Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia
Peta Konsep Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia
Pascapengakuan Kedaulatan
Pascapengakuan Kedaulatan
Pascapengakuan Kedaulatan
Pascapengakuan Kedaulatan
Pascapengakuan Kedaulatan
1.1.
1.1.
1.
Latar Belakang Kembali ke Negara Kesatuan RI (NKRI)
Latar Belakang Kembali ke Negara Kesatuan RI (NKRI)
Latar Belakang Kembali ke Negara Kesatuan RI (NKRI)
Latar Belakang Kembali ke Negara Kesatuan RI (NKRI)
Latar Belakang Kembali ke Negara Kesatuan RI (NKRI)
Kembalinya negara Indonesia ke bentuk kesatuan setelah sebelumnya berbentuk serikat
karena sebab-sebab berikut.
a.
Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) tidak sesuai dengan cita-cita proklamasi 17
Agustus 1945.
LL
LL
L
AA
AA
A
TT
TT
T
AR BELAR BEL
AR BELAR BEL
AR BEL
AKANG DAN PROSES KEMBALINY
AKANG DAN PROSES KEMBALINY
AKANG DAN PROSES KEMBALINY
AKANG DAN PROSES KEMBALINY
AKANG DAN PROSES KEMBALINY
A REPUBLIK INDONESIA
A REPUBLIK INDONESIA
A REPUBLIK INDONESIA
A REPUBLIK INDONESIA
A REPUBLIK INDONESIA
SEBAGAI NEGARA KESATUAN
SEBAGAI NEGARA KESATUAN
SEBAGAI NEGARA KESATUAN
SEBAGAI NEGARA KESATUAN
SEBAGAI NEGARA KESATUAN
AA
AA
A
Perkembangan
politik dan ekonomi
Indonesia pasca
kedaulatan
Kembali
ke NKRI
Pemilu I
Dekrit
Presiden
Persaingan
ideologis
Perkembangan
ekonomi
- Alasan
- Proses
- Kabinet Natsir
- Kabinet Sulaiman
- Kabinet Wilopo
- Kabinet Ali I
- Kabinet Burhanudin
- Kabinet Ali II
- Kabinet Juanda
Kabinet pada masa
demokrasi liberal
- Tahap I (DPR)
- Tahap II (Konstituante)
- Latar belakang
- Isi
- USDEK
- Lembaga Tinggi Negara
- Perjanjian Pancasila
dan UUD 1945
- Penyimpangan politik luar
negeri
- Penggantian uang
- Badan koordinasi
pembagunan ekonomi
- Perencanaan pembangunan
8 tahun
- Penyimpangan politik luar
negeri
- Dekon
Membahas tentang
Meliputi
Meliputi
Meliputi
Meliputi
Meliputi
Terdiri atas
Bab 4 Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia Pascapengakuan Kedaulatan
4545
4545
45
b.
Pada umumnya masyarakat Indonesia tidak puas
dengan hasil KMB yang melahirkan negara RIS.
Rakyat di berbagai daerah melakukan kegiatan-
kegiatan, seperti demonstrasi dan pemogokan
untuk menyatakan keinginannya agar bergabung
dengan Republik Indonesia.
c.
Dengan sistem pemerintahan federal berarti
melindungi manusia Indonesia yang setuju dengan
penjajah Belanda.
2.2.
2.2.
2.
Proses Kembali ke Negara Kesatuan RI
Proses Kembali ke Negara Kesatuan RI
Proses Kembali ke Negara Kesatuan RI
Proses Kembali ke Negara Kesatuan RI
Proses Kembali ke Negara Kesatuan RI
Dengan disetujuinya KMB pada tanggal 2 November 1949, di Indonesia terbentuklah
satu negara federal yang bernama Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari negara-negara
bagian yaitu Republik Indonesia, negara Sumatera Timur, negara Sumatera Selatan, negara
Pasundan, negara Jawa Timur, negara Madura, negara Indonesia Timur, Kalimantan
Tenggara, Banjar, Dayak Besar, Biliton, Riau, dan Jawa Tengah. Masing-masing negara bagian
mempunyai luas daerah dan penduduk yang berbeda.
Setelah berdirinya negara RIS, segera muncul usaha-usaha untuk membentuk kembali
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rakyat di daerah-daerah melakukan kegiatan-kegiatan
seperti demonstrasi dan pemogokan untuk menyatakan keinginannya agar bergabung
dengan Republik Indonesia di Yogyakarta. Bentuk nyata dari adanya pertentangan tersebut
yaitu muncullah dua golongan berikut.
a.
Golongan unitaris, yaitu golongan yang menghendaki negara kesatuan, dipimpin oleh
Moh. Yamin
b.
Golongan federalis, adalah golongan yang tetap menghendaki adanya negara serikat,
dipimpin oleh Sahetapy Engel.
Pertentangan ini dimenangkan oleh golongan unitaris. Pada tanggal 8 Maret 1950,
pemerintah RIS dengan persetujuan Parlemen dan Senat RIS mengeluarkan Undang-Undang
Darurat No. 11 tahun 1950 tentang “Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS”.
Berdasarkan Undang-Undang Darurat tersebut berturut-turut negara-negara bagian
menggabungkan diri dengan Republik Indonesia, sehingga sampai tanggal 5 April 1950
negara RIS tinggal terdiri dari tiga negara bagian, yaitu:
a.
Republik Indonesia (RI)
b.
Negara Sumatra Timur (NST)
c.
Negara Indonesia Timur (NIT)
Sementara itu pada tanggal 19 Mei 1950 dicapai kesepakatan antara Pemerintah
Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Indonesia Serikat (NST dan NIT).
Kesepakatan tersebut dinamakan “Piagam Persetujuan” yang berisi sebagai berikut.
a.
Kedua pemerintah sepakat untuk membentuk negara kesatuan sebagai penjelmaan
Republik Indonesia berdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945.
b.
Undang-Undang Dasar yang diperoleh dengan mengubah konstitusi RIS sedemikian
rupa sehingga prinsip-prinsip pokok UUD 1945 dan bagian-bagian yang baik dari
konstitusi RIS termasuk di dalamnya.
c.
Dewan menteri harus bersifat parlementer.
d.
Presiden adalah Presiden Sukarno, sedangkan jabatan wakil presiden akan dibicarakan
lebih lanjut.
e.
Membentuk sebuah panitia yang bertugas menyelenggarakan persetujuan tersebut.
Gambar 4.1
Gambar 4.1
Gambar 4.1
Gambar 4.1
Gambar 4.1 Rakyat Bandung berdemo
menuntut pembubaran negara pasundan
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX
4646
4646
46
Sesuai dengan Piagam Persetujuan tersebut pemerintah Republik Indonesia dan RIS
akan membentuk panitia bersama. Panitia ini diketuai oleh Menteri Kehakiman RIS yaitu
Prof. Dr. Mr. Supomo dan Abdul Hamid dari pihak Republik Indonesia. Tugas pokoknya
yaitu merancang Undang-Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan. Rancangan tersebut
berhasil disusun pada tanggal 20 Juli 1950 untuk selanjutnya diserahkan kepada dewan
perwakilan negara-negara bagian untuk disempurnakan.
Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1950 Rancangan UUD itu diterima baik oleh senat,
parlemen RIS, dan KNIP. Pada tanggal 15 Agustus 1950 Presiden Sukarno menandatangani
Rancangan UUD tersebut menjadi UUD Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia
atau lebih dikenal sebagai UUDS 1950.
Pada tanggal 17 Agustus 1950 negara RIS secara resmi dibubarkan dan kita kembali ke
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Rakyat Indonesia merayakan tanggal 17 Agustus
1950 itu dengan meriah sebagai ulang tahun kemerdekaan yang ke-5.
1.1.
1.1.
1.
Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Menurut UUDS 1959, pemerintah Republik Indonesia menganut sistem demokrasi lib-
eral. Dalam demokrasi liberal berlaku sistem kabinet parlementer, artinya pemerintahan
dipegang oleh perdana menteri dan menteri-menterinya bertanggung jawab pada parlemen
atau DPR.
Dengan berlakunya kabinet parlementer pemerintahan Republik Indonesia tidak stabil.
Hal ini disebabkan antara lain:
a.
partai politik mementingkan kepentingan golongan masing-masing sehingga kabinet
jatuh bangun
b.
partai politik tidak mencerminkan dukungan rakyat pemilih
c.
partai politik yang berkuasa tidak dapat melaksanakan programnya, sebab masa kerja
kabinet pendek.
Sistem kabinet parlementer memungkinkan adanya persaingan antarpartai politik untuk
menduduki kursi terbanyak dalam parlemen. Pada masa Demokrasi Liberal telah terjadi
pergantian kabinet sebanyak tujuh kali, yaitu sebagai berikut.
a.a.
a.a.
a.
Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951)
Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951)
Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951)
Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951)
Kabinet Natsir (6 September 1950 – 21 Maret 1951)
Pada tanggal 22 Agustus 1950 Presiden Sukarno
mengangkat Muhammad Natsir dari Masyumi sebagai
formatur kabinet. Lima belas hari kemudian kabinet
berhasil dibentuk dengan nama Kabinet Natsir. Program
kerja Kabinet Natsir, antara lain:
1)
mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilu
Konstituante dalam waktu singkat
2)
menggiatkan usaha mencapai keamanan dan
ketentraman
3)
memperjuangkan penyelesaian masalah
Irian Barat.
Salah satu keberhasilan Kabinet Natsir adalah diterimanya Indonesia sebagai anggota
PBB yang ke-60 pada tanggal 28 September 1950. Akhirnya Kabinet Natsir jatuh, karena
mosi Hadikusumo dari PNI tentang pembekuan dan pembubaran DPRD Sementara.
BERBAGAI PERISTIW
BERBAGAI PERISTIW
BERBAGAI PERISTIW
BERBAGAI PERISTIW
BERBAGAI PERISTIW
A YA Y
A YA Y
A Y
ANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN UMUM
ANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN UMUM
ANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN UMUM
ANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN UMUM
ANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN UMUM
1955 DI TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
1955 DI TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
1955 DI TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
1955 DI TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
1955 DI TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
BB
BB
B
Gambar 4.2
Gambar 4.2
Gambar 4.2
Gambar 4.2
Gambar 4.2 Kabinet Natsir bersama
presiden dan wakil presiden
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
Bab 4 Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia Pascapengakuan Kedaulatan
4747
4747
47
b.b.
b.b.
b.
Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 23 Februari 1952)
Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 23 Februari 1952)
Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 23 Februari 1952)
Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 23 Februari 1952)
Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 23 Februari 1952)
Dengan jatuhnya Kabinet Natsir, Presiden Sukarno menunjuk Dr. Sukiman
Wiryosanjoyo dari Masyumi dan Dr. Suwiryo dari PNI untuk membentuk kabinet. Atas
usaha dua orang formatur ini terbentuklah kabinet yang diberi nama Kabinet Sukiman dengan
perdana menteri Dr. Sukiman dan wakil perdana menteri Dr. Suwiryo.
Program kerja kabinet Sukiman antara lain:
1)
menjalankan tindakan-tindakan yang tegas sebagai negara hukum untuk menjamin
keamanan dan ketentraman
2)
mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dalam lapangan pembangunan
3)
menyelesaikan persiapan pemilihan umum Konstituante.
4)
menjalankan politik luar negeri bebas aktif yang menuju perdamaian
5)
memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia.
Kabinet Sukiman jatuh, karena ditandatanganinya kerja sama keamanan Indonesia -
Amerika Serikat berdasarkan
Mutual Security Aids (MSA).
Mutual Security Aids (MSA).
Mutual Security Aids (MSA).
Mutual Security Aids (MSA).
Mutual Security Aids (MSA).
c.c.
c.c.
c.
Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 30 Juli 1953)
Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 30 Juli 1953)
Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 30 Juli 1953)
Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 30 Juli 1953)
Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 30 Juli 1953)
Kabinet Wilopo merupakan koalisi dengan tulang punggung PNI, PSI, dan Masyumi
Natsir. Program kabinet Wilopo antara lain seperti berikut.
1)
Bidang pendidikan dan pengajaran adalah
mempercepat usaha perbaikan untuk pembaharuan
pendidikan dan pengajaran.
2)
Bidang perburuhan adalah melengkapi undang-
undang perburuhan.
3)
Bidang keamanan adalah menyempurnakan
organisasi alat-alat kekuasaan negara.
4)
Bidang luar negeri adalah meneruskan perjuangan
merebut Irian Barat.
Kabinet Wilopo jatuh karena Peristiwa Tanjung
Morawa, Sumatra Utara yang ditunggangi oleh PKI yang
berhubungan dengan masalah pembagian tanah.
d.d.
d.d.
d.
Kabinet Ali – Wongso- Arifin atau Kabinet Ali I (1 Agustus 1953 – 24 Juli 1955)
Kabinet Ali – Wongso- Arifin atau Kabinet Ali I (1 Agustus 1953 – 24 Juli 1955)
Kabinet Ali – Wongso- Arifin atau Kabinet Ali I (1 Agustus 1953 – 24 Juli 1955)
Kabinet Ali – Wongso- Arifin atau Kabinet Ali I (1 Agustus 1953 – 24 Juli 1955)
Kabinet Ali – Wongso- Arifin atau Kabinet Ali I (1 Agustus 1953 – 24 Juli 1955)
Kabinet Ali-Wongso-Arifin dibentuk pada tanggal 30 Juli 1953. Program kerja kabinet
Ali-Wongso-Arifin adalah sebagai berikut.
1)
Bidang dalam negeri, meliputi keamanan, pemilihan umum, kemakmuran dan keuangan,
organisasi negara, serta perburuhan.
2)
Bidang Irian Barat adalah mengusahakan kembalinya Irian Barat ke dalam kekuasaan
wilayah RI.
3)
Bidang politik luar negeri, meliputi politik luar negeri bebas aktif, peninjauan kembali
tentang hasil KMB.
Keberhasilan Kabinet Ali adalah pada masa pemerintahannya berhasil melaksanakan
Konferensi Asia Afrika di Bandung. Terjadinya peristiwa pergantian pimpinan Kepala Staf
Angkatan Darat yang dikenal dengan
“Peristiwa 27 Juni 1955”
“Peristiwa 27 Juni 1955”
“Peristiwa 27 Juni 1955”
“Peristiwa 27 Juni 1955”
“Peristiwa 27 Juni 1955”, beberapa anggota parlemen
mengajukan mosi tidak percaya yang diterima oleh DPR.
e.e.
e.e.
e.
Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956)
Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956)
Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956)
Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956)
Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956)
Kabinet Burhanuddin Harahap terbentuk pada tanggal 11 Agustus 1955. Program kerja
Kabinet Burhanuddin Harahap antara lain:
Gambar 4.3
Gambar 4.3
Gambar 4.3
Gambar 4.3
Gambar 4.3 Mr. Wilopo dilantik
sebagai perdana menteri dan kabinet
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX
4848
4848
48
1)
mengembalikan kewibawaan moral pemerintah
2)
melaksanakan pemilihan umum
3)
memberantas korupsi
4)
meneruskan perjuangan merebut kembali irian Barat.
Keberhasilan Kabinet Burhanuddin Harapan adalah dapat menyelenggarakan pemilu
pertama sejak Indonesia merdeka. Setelah hasil pemungutan suara dan pembagian kursi di
DPR diumumkan, maka tanggal 2 Maret 1956 Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan
diri, menyerahkan mandatnya kepada Presiden Sukarno, untuk dibentuk kabinet baru
berdasarkan hasil pemilu.
f.f.
f.f.
f.
Kabinet Ali II (24 Maret 1956 – 14 Maret 1957)
Kabinet Ali II (24 Maret 1956 – 14 Maret 1957)
Kabinet Ali II (24 Maret 1956 – 14 Maret 1957)
Kabinet Ali II (24 Maret 1956 – 14 Maret 1957)
Kabinet Ali II (24 Maret 1956 – 14 Maret 1957)
Kabinet Ali II dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 85 Tahun 1956. Program
kerja Kabinet Ali II, antara lain:
1)
pembatalan hasil KMB
2)
meneruskan perjuangan mewujudkan kekuasaan de
facto Indonesia atas Irian Barat dan membentuk
Provinsi Irian Barat
3)
bidang dalam negeri, meliputi : memulihkan keamanan,
memperbaiki perekonomian dan keuangan,
memperkuat pertahanan, memperbaiki sistem
perbuuruhan, memperluas dan meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran
4)
bidang luar negeri, meliputi menjalankan politik luar
negeri bebas aktif dan meneruskan kerja sama dengan
negara-negara Asia Afrika.
Keberhasilan Kabinet Ali II adalah membatalkan hasil KMB, membentuk Provinsi Irian
Barat yang beribu kota di Soasio, Maluku Utara, dan pengiriman misi Garuda I ke Mesir.
Sebab-sebab kejatuhan Kabinet Ali II.
1)
Timbulnya pemberontakan di berbagai daerah
2)
Adanya Konsepsi Presiden 21 Februari 1957
3)
Adanya keretakan dalam tubuh kabinet, hal ini dapat dibuktikan dengan mundurnya
satu per satu anggota kabinet.
g.g.
g.g.
g.
Kabinet Juanda (9 April 1957 – 10 Juli 1959)
Kabinet Juanda (9 April 1957 – 10 Juli 1959)
Kabinet Juanda (9 April 1957 – 10 Juli 1959)
Kabinet Juanda (9 April 1957 – 10 Juli 1959)
Kabinet Juanda (9 April 1957 – 10 Juli 1959)
Kabinet Juanda atau Kabinet Karya dilantik pada tanggal 9 April 1957 dengan program
kerja:
1)
membentuk Dewan Nasional
2)
normalisasi keadaan Republik Indonesia
3)
melanjutkan pembatalan KMB
4)
memperjuangkan Irian Barat
5)
mempercepat pembangunan.
Salah satu keberhasilan Kabinet Karya yaitu pada tanggal 18 November 1957
mengadakan rapat umum pembebasan Irian Barat di Jakarta. Rapat ini diikuti dengan
tindakan-tindakan pemogokan kaum buruh di perusahaan Belanda dan pembentukan Front
Nasional Pembebasan Irian Barat.
Tanggal 5 Juli 1959 Presiden Sukarno mengeluarkan dekrit, berarti negara kita kembali
ke UUD 1945 dan UUDS 1950 tidak berlaku. Kabinet Juanda secara otomatis harus diganti,
sehari kemudian Ir. Juanda menyerahkan mandatnya kepada Presiden Sukarno.
Gambar 4.4
Gambar 4.4
Gambar 4.4
Gambar 4.4
Gambar 4.4 Kabinet Ali II
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
Bab 4 Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia Pascapengakuan Kedaulatan
4949
4949
49
Lengkapilah tabel di bawah ini dengan keterangan yang tepat! Salinlah di buku tugas!
2.2.
2.2.
2.
Pemilihan Umum Pertama
Pemilihan Umum Pertama
Pemilihan Umum Pertama
Pemilihan Umum Pertama
Pemilihan Umum Pertama
Setelah beberapa tahun lamanya menjadi program pemerintah dari kabinet yang satu ke
kabinet yang berikutnya, akhirnya selesailah persiapan-persiapan untuk melaksanakan
pemilihan umum. Pemilihan umum dilaksanakan melalui dua tahap berikut.
a.
Tahap pertama pada tanggal 29 September 1955 bertujuan untuk memilih anggota-
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
b.
Tahap kedua pada tanggal 15 Desember 1955 bertujuan untuk memilih anggota-anggota
Konstituante (Badan pembuat Undang-Undang
Dasar).
DPR hasil pemilihan umum beranggotakan 272 orang,
yaitu dengan perhitungan bahwa satu orang anggota DPR
mewakili 300.000 orang penduduk. Sedangkan anggota
Konstituante berjumlah 542 orang. Pelantikan anggota DPR
hasil pemilihan umum dilakukan pada tanggal 20 Maret
1956,sedangkan anggota Konstituante pada tanggal 10
November 1956.
Sebagai akibat banyaknya partai, organisasi dan
perorangan yang ikut dalam pemilihan umum, maka DPR
terbagi dalam banyak fraksi. Adapun empat fraksi besar di DPR adalah sebagai berikut.
a.
Fraksi Masyumi :
60 anggota
b.
Fraksi PNI
:
58 anggota
c.
Fraksi NU
:
47 anggota
d.
Fraksi PKI
:
32 anggota
Pemilu tahun 1955 ternyata tidak dapat memenuhi harapan rakyat yang menghendaki
pemerintah yang stabil. Para wakil rakyat terpilih hanya memperjuangkan partainya masing-
masing sehingga pergantian kabinet terus saja terjadi.
Gambar 4.5
Gambar 4.5
Gambar 4.5
Gambar 4.5
Gambar 4.5 Tanda-tanda gambar
kontestan pesertapemilu tahun 1955
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
No.No.
No.No.
No.
Kabinet pada Masa
Kabinet pada Masa
Kabinet pada Masa
Kabinet pada Masa
Kabinet pada Masa
Nama Perdana Menteri
Nama Perdana Menteri
Nama Perdana Menteri
Nama Perdana Menteri
Nama Perdana Menteri
Masa Pemerintahan
Masa Pemerintahan
Masa Pemerintahan
Masa Pemerintahan
Masa Pemerintahan
Demokrasi Liberal
Demokrasi Liberal
Demokrasi Liberal
Demokrasi Liberal
Demokrasi Liberal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kegiatan Individu
Kegiatan Individu
Kegiatan Individu
Kegiatan Individu
Kegiatan Individu
IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX
5050
5050
50
1.1.
1.1.
1.
Latar Belakang Dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Latar Belakang Dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Latar Belakang Dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Latar Belakang Dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Latar Belakang Dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Setelah Konstituante terbentuk melalui pemilihan umum tahap kedua tahun 1955, maka
pada tanggal 10 November 1956 mulai bersidang. Pada waktu itu keadaan negara sedang
diliputi kekacauan yang ditimbulkan karena pergolakan-pergolakan di daerah yang
menginginkan adanya integritas nasional. Seperti halnya DPR, anggota Konstituante terdiri
atas wakil-wakil dari puluhan partai besar maupun partai kecil. Partai tersebut terpecah
belah dalam berbagai ideologi yang sukar dipersatukan. Untuk mengatasi situasi yang tidak
menentu itu, Presiden Sukarno pada tanggal 21 Februari 1957 mengajukan gagasan yang
disebut
Konsepsi Presiden
Konsepsi Presiden
Konsepsi Presiden
Konsepsi Presiden
Konsepsi Presiden mengenai:
a.
pembentukan kabinet gotong royong yang terdiri dari wakil semua partai ditambah
golongan fungsional
b.
pembentukan Dewan Nasional (nantinya bernama DPA) yang beranggotakan seluruh
partai dan golongan fungsional dalam masyarakat, dewan ini berfungsi memberi nasihat
kepada kabinet baik diminta ataupun tidak.
Akan tetapi beberapa partai menolak Konsepsi Presiden
tersebut. Pada tanggal 22 April 1959 di depan sidang
Konstituante Presiden Sukarno mengharapkan agar
kembali kepada UUD 1945. Harapan presiden ini juga
menimbulkan pro dan kontra. Akibatnya meskipun sudah
bersidang lebih kurang tiga tahun Konstituante tidak dapat
menjalankan tugasnya. Latar belakang dikeluarkannya
Dekrit Presiden adalah Konstituante gagal menyusun UUD
baru.
2.2.
2.2.
2.
Isi Dekrit Presiden
Isi Dekrit Presiden
Isi Dekrit Presiden
Isi Dekrit Presiden
Isi Dekrit Presiden
Sebagai akhir kemelut di Konstituante, presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959. Adapun isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah:
a.
pembubaran Konstituante
b.
berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
c.
segera dibentuk MPRS dan DPAS.
3.3.
3.3.
3.
TT
TT
T
anggapan Masyarakat terhadap Dekrit Presiden 5 Juli 1959
anggapan Masyarakat terhadap Dekrit Presiden 5 Juli 1959
anggapan Masyarakat terhadap Dekrit Presiden 5 Juli 1959
anggapan Masyarakat terhadap Dekrit Presiden 5 Juli 1959
anggapan Masyarakat terhadap Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dikeluarkannya Dekrit Presiden tersebut mendapat dukungan dari masyarakat antara
lain:
a.
KSAD mengeluarkan perintah harian yang ditujukan kepada seluruh anggota TNI untuk
melaksanakan dan mengamankan dekrit tersebut
b.
Mahkamah Agung kemudian juga membenarkan Dekrit Presiden tersebut
c.
DPR hasil Pemilihan Umum dalam sidangnya padsa tanggal 2 Juli 1959 secara aklamasi
menyatakan kesediaannya untuk bekerja terus berdasarkan Undang-Undang Dasar
1945.
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 DAN PENGARUH Y
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 DAN PENGARUH Y
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 DAN PENGARUH Y
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 DAN PENGARUH Y
DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 DAN PENGARUH Y
ANG DITIMBULKANNY
ANG DITIMBULKANNY
ANG DITIMBULKANNY
ANG DITIMBULKANNY
ANG DITIMBULKANNY
AA
AA
A
CC
CC
C
Gambar 4.6
Gambar 4.6
Gambar 4.6
Gambar 4.6
Gambar 4.6 Suasana pembacaan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka
Bab 4 Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia Pascapengakuan Kedaulatan
5151
5151
51
1.1.
1.1.
1.
PP
PP
P
ersaingan Ideologis pada Masa Demokrasi T
ersaingan Ideologis pada Masa Demokrasi T
ersaingan Ideologis pada Masa Demokrasi T
ersaingan Ideologis pada Masa Demokrasi T
ersaingan Ideologis pada Masa Demokrasi T
erpimpinerpimpin
erpimpinerpimpin
erpimpin
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka pada tanggal 10
Juli 1959 dibentuk Kabinet Kerja (Kabinet Kerja I). Kabinet Kerja I dibentuk berdasarkan
Keputusan Presiden No. 154 Tahun 1959. Presiden Sukarno sebagai perdana menteri dan
Ir. Juanda, mantan perdana menteri Kabinet Karya ditunjuk sebagai menteri pertama. Kabinet
ini merupakan kabinet presidentil pertama setelah Dekrit Presiden. Program kerja Kabinet
Kerja I disebut
Triprogram
Triprogram
Triprogram
Triprogram
Triprogram, meliputi:
a.
memperbaiki sandang pangan rakyat
b.
menyelenggarakan keamanan rakyat dan negara.
c.
melanjutkan perjuangan menentang imperialisme ekonomi dan imperialisme politik
(Irian Barat).
Program-program tersebut berpedoman kepada pidato Presiden Sukarno pada HUT
kemerdekaan RI ke-14 dengan judul “
Penemuan Kembali Revolusi Kita
”. Pidato tersebut dikenal
dengan Nama “Manifesto Politik Republik Indonesia” (MANIPOL) yang orang awam
menyebutnya Manipol USDEK. Atas usul DPAS, Manipol ditetapkan sebagai GBHN dengan
Penetapan Presiden No. 1 Tahun 1960 dan pada tanggal 19 November 1960 dalam sidang
MPRS di Bandung dikukuhkan dengan ketetapan MPRS No. I/MPRS/1960. Menurut
Presiden Sukarno intisari dari Manipol ada lima yaitu:
a.
UUD 1945
(U)(U)
(U)(U)
(U)
b.
Sosialisme Indonesia
(S) (S)
(S) (S)
(S)
c.
Demokrasi Terpimpin
(D)(D)
(D)(D)
(D)
d.
Ekonomi Terpimpin
(E) (E)
(E) (E)
(E)
e.
Kepribadian Indonesia
(K) (K)
(K) (K)
(K)
Presiden merencanakan pembubaran partai-partai politik yang dianggap tidak mau
mengikuti sistem Demokrasi Terpimpin, tetapi rencana itu ditentang oleh PNI dan PKI. Hanya
partai Masyumi dan PSI yang dibubarkan berdasarkan Penpres No.7 tahun 1959, karena
dituduh terlibat pemberontakan PRRI/Permesta. Penpres No.7 tahun 1959 mengatur tentang
dapat tidaknya suatu parpol diakui eksistensinya dalam negara RI. Sementara itu DPR-GR
dan MPRS serta Front Nasional adalah golongan yang mendukung kebijaksanaan presiden.
Akibatnya konsep Demokrasi Terpimpin berubah menjadi demokrasi yang berada di bawah
kekuasaan seorang pemimpin saja. Dengan keadaan yang seperti ini PKI berusaha
menggunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk mempengaruhi pemerintah dalam
menentukan kebijaksanaan.
Pada masa Demokrasi Terpimpin ini pengaruh PKI di dalam pemerintahan sangat
dominan. PKI sangat agresif dalam melakukan usahanya, baik dengan cara yang halus
maupun dengan cara yang terbuka. PKI selalu berusaha mempengaruhi pemerintah dalam
menentukan kebijakan yang dapat memberikan keuntungan bagi PKI. Karena tujuan PKI
adalah jelas, yaitu akan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis. Hal ini
dapat diketahui dengan jelas, yaitu dengan dinyatakannya Manipol sebagai satu-satunya
doktrin Revolusi Indonsia dan ucapan D.N. Aidit pada tanggal 16 Agustus 1964 bahwa
Pancasila hanya sebagai alat pemersatu, dan kalau rakyat sudah bersatu Pancasila tidak
diperlukan lagi. Hal ini menimbulkan kegelisahan bagi orang-orang dan tokoh-tokoh
masyarakat yang berjiwa Pancasila.
PERSAINGAN IDEOLOGIS DAN PERGOL
PERSAINGAN IDEOLOGIS DAN PERGOL
PERSAINGAN IDEOLOGIS DAN PERGOL
PERSAINGAN IDEOLOGIS DAN PERGOL
PERSAINGAN IDEOLOGIS DAN PERGOL
AKAN POLITIK DAL
AKAN POLITIK DAL
AKAN POLITIK DAL
AKAN POLITIK DAL
AKAN POLITIK DAL
AM KEHIDUPAM KEHIDUP
AM KEHIDUPAM KEHIDUP
AM KEHIDUP
ANAN
ANAN
AN
POLITIK NASIONAL
POLITIK NASIONAL
POLITIK NASIONAL
POLITIK NASIONAL
POLITIK NASIONAL
DD
DD
D
IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX
5252
5252
52
Untuk mengimbangi hal tersebut, sekelompok wartawan membentuk Barisan Pendukung
Soekarnoisme (BPS) yang bertujuan mempertahankan Pancasila. Nama badan ini dikaitkan
dengan nama Presiden Soekarno dengan harapan agar Presiden Soekarno tertarik dan ikut
membela Pancasila sehingga presiden dapat segera mengambil tindakan yang tegas terhadap
PKI. Namun, kenyataannya lain. Presiden berhasil dipengaruhi PKI, bahkan BPS dilarang
dan dibubarkan presiden.
2.2.
2.2.
2.
Pembentukan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara
Pembentukan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara
Pembentukan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara
Pembentukan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara
Pembentukan Lembaga-Lembaga Tinggi Negara
a.a.
a.a.
a.
Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
Pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
MPRS dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959. Anggota MPRS
terdiri dari anggota DPR sebanyak 261 orang, utusan daerah 94 orang, dan wakil golongan
sebanyak 200 orang. Ketua MPRS adalah Chaerul saleh.
Para anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh presiden dengan syarat-syarat sebagai
berikut.
1)
Setuju kembali kepada UUD
2)
Setia kepada perjuangan Republik Indonesia
3)
Setuju kepada manifesto politik
b.b.
b.b.
b.
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
DPAS dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959. Ketua DPAS adalah
Presiden Sukarno sedangkan wakilnya adalah Ruslan Abdulgani. Tugas DPAS antara lain
memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada pemerintah.
c.c.
c.c.
c.
Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR)
Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR)
Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR)
Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR)
Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR)
Melalui Penpres No. 4 Tahun 1960 pemerintah membentuk DPR-GR. Pembentukan DPR-
GR ini merupakan pengganti dari DPR hasil pemilihan umum tahun 1955 yang dibubarkan
oleh pemerintah pada tahun 1960. Latar belakang pembubaran DPR tersebut karena DPR
tidak menyetujui RAPBN yang diajukan oleh pemerintah.
d.d.
d.d.
d.
Pembentukan Front Nasional
Pembentukan Front Nasional
Pembentukan Front Nasional
Pembentukan Front Nasional
Pembentukan Front Nasional
Berdasarkan Penpres No. 13 Tahun 1959 pemerintah membentuk Front Nasonal.
Lembaga ini merupakan organisasi massa yang bertujuan menyatukan segala bentuk potensi
nasional menjadi satu kekuatan menyukseskan pembangunan nasional. Front Nasional
diketuai oleh Presiden Sukarno dan memiliki tugas sebagai berikut.
1)
Menyelesaikan revolusi nasional Indonesia.
2)
Melaksanakan pembangunan semesta nasional.
3)
Mengembalikan Irian barat ke dalam wilayah Republik Indonesia.
e.e.
e.e.
e.
Pembentukan Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (BPKAN)
Pembentukan Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (BPKAN)
Pembentukan Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (BPKAN)
Pembentukan Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (BPKAN)
Pembentukan Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara (BPKAN)
BPKAN diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Pelantikan lembaga ini dilakukan
pada tanggal 15 Agustus 1959.
f.f.
f.f.
f.
Pembentukan Depernas
Pembentukan Depernas
Pembentukan Depernas
Pembentukan Depernas
Pembentukan Depernas
Depernas diketuai oleh Mr. Moh. Yamin dan dilantik pada tanggal 15 Agustus 1959.
Sejak tahun 1963 Depernas diganti dengan Badan Perancang Pembangunan Nasional
(Bappenas) dan ketuanya dijabat oleh presiden. Tugas Bappenas antara lain:
1)
menyusun rencana pembangunan dan mengawasi jalannya pembangunan
2)
menilai hasil kerja presiden sebagai mandataris MPRS.
3.3.
3.3.
3.
Penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945
Penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945
Penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945
Penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945
Penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945
Pada masa Demokrasi Terpimpin telah terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, antara lain seperti berikut.
Bab 4 Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia Pascapengakuan Kedaulatan
5353
5353
53
a.
Lembaga-lembaga negara berintikan Nasionalisme Agama Komunis (Nasakom). Adapun
hal yang dianggap sebagai perwujudan Nasakom adalah:
1)
nasional diwakili oleh PNI
2)
agama diwakili oleh NU
3)
komunis diwakili oleh PKI
b.
Prosedur pembentukan MPRS, karena anggota MPRS diangkat oleh presiden. Seharusnya
dipilih melalui pemilu.
c.
Prosedur pembentukan DPAS, karena lembaga ini anggotanya ditunjuk oleh presiden
dan diketuai oleh presiden. Padahal tugas dari DPAS adalah memberi jawaban atas
pertanyaan presiden dan memberi usulan kepada pemerintah.
d.
Prosedur pembentukan DPRGR, karena anggota DPRGR ditunjuk oleh presiden dan
DPR hasil pemilu 1955 justru dibubarkan oleh presiden. Padahal kedudukan DPR dan
presiden adalah seimbang. Presiden tidak dapat membubarkan DPR, sebaliknya DPR
tidak dapat memberhentikan presiden.
e.
Penetapan Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai GBHN. Seharusnya GBHN
disusun dan ditetapkan oleh MPR.
f.
Pengangkatan presiden seumur hidup, karena tidak ada aturan tentang jabatan presiden
seumur hidup. Menurut pasal 7 UUD 1945 (sebelum diamandemen), presiden memegang
jabatan selama lima tahun dan sesudahnya boleh dipilih kembali.
g.
Sidang MPRS dilaksanakan di luar ibu kota negara yaitu di kota Bandung.
4.4.
4.4.
4.
Penyimpangan Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Penyimpangan Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Penyimpangan Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Penyimpangan Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Penyimpangan Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Pada masa Demokrasi Terpimpin, terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap
pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif yaitu sebagai berikut.
a.
Indonesia membagi kekuatan politik dunia menjadi dua.
1)
Nefo (New Emerging Forces), yaitu negara-negara baru penentang imperialisme
dan kapitalisme.
2)
Oldefo (Old Established Forces), yaitu negara-negara Barat yang menganut
imperialisme dan kapitalisme.
b.
Membentuk poros Jakarta-Peking.
Maksud poros ini adalah Indonesia menjalin persahatan yang erat dengan RRC, padahal
pada waktu itu RRC merupakan blok komunis.
c.
Indonesia melaksanakan Politik Mercusuar
Politik mercusuar adalah politik yang mengagungkan kemegahan Indonesia di mata
dunia luar, seperti:
1)
pembangunan Stadion Senayan Jakarta.
2)
penyelenggaraan pesta olahraga negara-negara Nefo di Jakarta yang disebut Ganefo.
d.
Indonesia Keluar dari Perserikatan Bangsa Bangsa
Penyebab utama Indonesia keluar dari PBB adalah diterimanya Malaysia sebagai anggota
Dewan Keamanan (DK) tidak tetap PBB. Dengan masuknya Malaysia menjadi anggota
DK tidak tetap PBB, maka Presiden Sukarno berpidato di depan Sidang Umum PBB
dengan judul “Membangun Dunia Kembali”. Karena PBB tetap menerima Malaysia
menjadi anggota DK, maka pada tanggal 7 Januari 1965 dengan terpaksa Presiden
Sukarno memutuskan Indonesia keluar dari PBB. Secara resmi keluarnya Indonesia
dari PBB dinyatakan oleh Menlu Subandrio. Akibat keluarnya Indonesia dari PBB adalah
Indonesia semakin terkucil dari pergaulan internasional.
IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX
5454
5454
54
e.
Konfrontasi dengan Malaysia
Presiden Sukarno menganggap bahwa Federasi Malaysia adalah proyek Neo
Kolonialisme Imperialisme (Nekolim) Inggris yang sangat membahayakan revolusi
Indonesia. Oleh karena itu Indonesia harus mencegah berdirinya Malaysia. Untuk
mewujudkan cita-citanya, Presiden Sukarno mengumumkan Dwi Komando Rakyat
(Dwikora) pada tanggal 3 Mei 1964 di Jakarta. Setelah dikeluarkannya Dwikora,
dibentuklah suatu komando penyerangan yang diberi nama Komando Mandala Siaga
(Kolaga) di bawah pimpinan Marsekal Madya Oemar Dhani.
Isi Dwi Komando Rakyat.
1)
Perhebat ketahanan revolusi Indonesia.
2)
Bantulah perjuangan rakyat di Malaysia, Singapura, Serawak, dan Sabah untuk
menggagalkan negara boneka Nekolim Malaysia.
Pada akhir pemerintahan pendudukan Jepang dan awal berdirinya Republik Indone-
sia, keadaan ekonomi Indonesia sangat kacau. Inflasi yang hebat menimpa negara Republik
Indonesia yang baru berumur beberapa hari. Sumber inflasi adalah beredarnya mata uang
Jepang secara tak terkendali, sehingga ekonomi kita bertambah sulit. Pemerintah Republik
tidak dapat menyatakan bahwa uang pendudukan Jepang tidak berlaku. Hal ini disebabkan
negara sendiri belum memiliki uang untuk penggantinya. Kas pemerintah kosong. Pajak-
pajak dan bea masuk lainnya sangat berkurang, sebaliknya pengeluaran negara semakin
bertambah.
Untuk sementara waktu kebijakan yang diambil oleh pemerintah adalah mengeluarkan
penetapan berlakunya beberapa mata uang sebagai tanda pembayaran yang sah di wilayah
RI. Pada masa itu ditetapkan tiga mata uang yaitu:
1.
mata uang De Javasche Bank
2.
mata uang pemerintah Hindia Belanda
3.
mata uang pemerintah pendudukan Jepang
Perang kemerdekaan selama lima tahun telah mengakibatkan perekonomian Indonesia
dalam keadaan terbengkalai, maka program pemerintah adalah berusaha memperbaiki
keadaan ekonomi rakyat melalui langkah-langkah berikut.
1.1.
1.1.
1.
Mengadakan Pengguntingan Uang
Mengadakan Pengguntingan Uang
Mengadakan Pengguntingan Uang
Mengadakan Pengguntingan Uang
Mengadakan Pengguntingan Uang
Untuk menyehatkan keuangan negara dengan keputusan Menteri Keuangan RIS tanggal
19 Maret 1950 dilakukan pengguntingan uang atau sanering. Berdasarkan peraturan tersebut
uang kertas Rp 5,00 ke atas dinyatakan hanya bernilai 50 %-nya. Sebagai tindak lanjut
pengguntingan uang tersebut dikeluarkan uang kertas baru, berdasarkan UU Darurat No.
21 Tahun 1950 tentang Pengeluaran Uang Kertas Baru.
2.2.
2.2.
2.
Membentuk Badan Koordinasi Pembangunan Ekonomi
Membentuk Badan Koordinasi Pembangunan Ekonomi
Membentuk Badan Koordinasi Pembangunan Ekonomi
Membentuk Badan Koordinasi Pembangunan Ekonomi
Membentuk Badan Koordinasi Pembangunan Ekonomi
Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo, kebijaksanaan pemerintah meningkat kepada
perencanaan penbangunan nasional. Pemerintah membentuk Badan Koordinasi
Pembangunan Ekonomi jangka panjang dengan wadah Biro Perancang Negara. Biro ini
dibentuk dengan tugas merancang pembangunan jangka panjang, karena pemerintah
terdahulu lebih menekankan program jangka pendek, sehingga hasilnya belum dapat
dirasakan oleh masyarakat.
PERKEMBANGAN EKONOMI
PERKEMBANGAN EKONOMI
PERKEMBANGAN EKONOMI
PERKEMBANGAN EKONOMI
PERKEMBANGAN EKONOMI
EE
EE
E
Bab 4 Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia Pascapengakuan Kedaulatan
5555
5555
55
Karena pada masa itu pemerintahan terlalu singkat dengan program yang berganti-
ganti, maka tidaklah terdapat stabilitas politik. Tidak adanya stabilitas politik ini merupakan
faktor bagi kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya rencana pembangunan. Biro ini
dipimpin oleh Ir. Djuanda yang kemudian diangkat menjadi Menteri Perancang Nasional.
Pada bulan Mei 1956 Biro ini menghasilkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
(1956-1961).
3.3.
3.3.
3.
Menyusun Rencana P
Menyusun Rencana P
Menyusun Rencana P
Menyusun Rencana P
Menyusun Rencana P
embangunan Delapan T
embangunan Delapan T
embangunan Delapan T
embangunan Delapan T
embangunan Delapan T
ahunahun
ahunahun
ahun
Sejak pemerintah mendekritkan kembali ke UUD 1945 pada tanggal 5 Juli 1959, kembali
pemerintah memikirkan rencana pembangunan. Hasilnya adalah Rencana Pembangunan
Delapan Tahun (1961-1969). Rencana Pembangunan Delapan Tahun ini disahkan oleh MPRS
pada tahun 1960. Sasaran pembangunan meliputi bidang mental, kesejahteraan, pemerintah,
produksi, dan distribusi. Rencana ini dibuat oleh Dewan Pearncang Nasional yang diketuai
oleh Prof. Muh. Yamin.
4.4.
4.4.
4.
Mengeluarkan Deklarasi Ekonomi
Mengeluarkan Deklarasi Ekonomi
Mengeluarkan Deklarasi Ekonomi
Mengeluarkan Deklarasi Ekonomi
Mengeluarkan Deklarasi Ekonomi
Deklarasi Ekonomi (Dekon) dikeluarkan pada tanggal 26 Mei 1963. Pemerintah
menganggap bahwa untuk menanggulangi kesulitan ekonomi, satu-satunya jalan adalah
dengan sistem Ekonomi Terpimpin. Karena kesukaran-kesukaran yang menyolok, dari tahun
1961-1962 harga-harga telah naik sebesar 400%. Namun di dalam melaksanakan Ekonomi
Terpimpin ini pemerintah lebih menonjolkan unsur terpimpinnya daripada unsur ekonomi
efisien. Akibatnya struktur ekonomi mengarah kepada etatisme. Ekonomi terpimpin ala In-
donesia terutama bersifat ekonomi peraturan yang menjerumus menjadi ekonomi anarki.
Pemerintah telah hidup di luar kemampuan, karena terlalu banyak yang ingin
dilaksanakan. Inflasi kita sudah mencapai hiperinflasi. Pada tahun 1966 inflasi mencapai
600%. Penyebab utama merosotnya ekonomi Indonesia adalah:
a.
pengurusannya tidak rasional dan tidak ada pengawasannya,
b.
tidak adanya ukuran yang objektif dalam menilai sesuatu usaha atau hasil seseorang.
Buat kliping tentang pemilihan umum, dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Jumlah anggota 3-5 orang tiap kelompok
2. Sumber kliping berasal dari koran, majalah, buku, dan atau internet.
3. Jumlah kliping minimal 10 lembar.
4. Kliping diberi cover, kata pengantar, daftar isi, dan dijilid.
5. Kliping dikumpulkan selambat-lambatnya 10 hari, setelah ditugaskan.
Kembalinya negara ke NKRI di antaranya dilatarbelakangi adanya negara RIS tidak
sesuai dengan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945 dan pada umumnya masyarakat
Indonesia tidak puas dengan hasil KMB yang melahirkan negara RIS.
Kegiatan Kelompok
Kegiatan Kelompok
Kegiatan Kelompok
Kegiatan Kelompok
Kegiatan Kelompok
RangkumanRangkuman
RangkumanRangkuman
Rangkuman
IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX
5656
5656
56
Pada masa demokrasi liberal berlaku sistem kabinet parlementer. Ternyata kabinet
parlementer menjadikan Indonesia tidak stabil. Sebab partai-partai politik yang ada
mementingkan partainya masing-masing. Akibatnya dalam waktu kurang dari 10 tahun
telah terjadi pergantian kabinet sebanyak tujuh kali. Pada masa demokrasi liberal tahun
1955 dilaksanakan Pemilu I yang diselenggarakan dua tahap, yaitu tahap pertama
untuk memilih anggota DPR dan tahap kedua untuk memilih anggota Konstituante.
Kegagalan Konstituante dalam tugasnya untuk menyusun Undang-Undang Dasar baru,
menyebabkan Presiden Sukarno menyampaikan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isinya
yaitu pembubaran Konstituente, berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya
kembali UUDS 1950, serta segera dibentuk MPRS dan DPAS.
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka pada tanggal 10
Juli 1959 dibentuk Kabinet Kerja (Kabinet Kerja I). Presiden Sukarno sebagai perdana
menteri dan Ir. Juanda, mantan perdana menteri Kabinet Karya ditunjuk sebagai menteri
pertama. Kabinet ini merupakan kabinet presidensil pertama setelah Dekrit Presiden.
Program kerja Kabinet Kerja I disebut Triprogram.
Program-program kabinet berpedoman pada pidato Presiden Sukarno pada HUT
kemerdekaan RI ke-14 dengan judul “
Penemuan Kembali Revolusi Kita
”. Pidato tersebut
dikenal dengan nama “Manifesto Politik Republik Indonesia” (Manipol) yang orang
awam menyebutnya Manipol USDEK. Atas usul DPAS Manipol ditetapkan sebagai
GBHN.
Pada masa demokrasi terpimpin terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap
Pancasila dan UUD 1945, antara lain: lembaga-lembaga negara berintikan Nasakom,
pengangkatan presiden seumur hidup, pelaksanaan sidang umum MPRS di Bandung,
dan penetapan pidato presiden sebagai GBHN.
Penyimpangan juga terjadi dalam bidang politik luar negeri bebas aktif, antara lain:
adanya pembagian kekuatan politik dunia menjadi dua yaitu Oldefo dan Nefo,
pembentukan poros Jakarta-Peking, Indonesia keluar dari PBB, dan Indonesia
berkonfrontasi dengan Malaysia.
Pada awal kemerdekaan RI diberlakukan tiga mata uang yaitu: mata uang De Javasche
Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, mata uang pemerintah pendudukan
Jepang.
Usaha-usaha pemerintah untuk mengatasi kesulitan ekonomi Indonesia antara lain :
mengadakan pengguntingan uang, mengadakan Rencana Pembangunan Delapan
Tahun, dan mengadakan deklarasi ekonomi.
Politik devide et impera yang diterapkan Belanda dengan cara membentuk negara
RIS, ternyata tidak menyurutkan negara-negara bagian RIS untuk bergabung dalam NKRI.
Hal ini pantas diteladani oleh kita semua termasuk generasi muda, karena dengan adanya
negara RIS kita rawan konflik yang akhirnya akan membuat rakyat dan bangsa Indone-
sia menjadi lemah. Ingat peribahasa “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Keadaan
politik suatu negara sangat berpengaruh terhadap keadaan ekonomi. Jika politik kacau,
ekonomi juga kacau. Dengan demikian sebagai warga negara yang baik hendaknya kita
turut serta menciptakan terwujudnya stabilitas politik, agar ekonomi stabil dan
berkembang.
RefleksiRefleksi
RefleksiRefleksi
Refleksi
Bab 4 Perkembangan Politik dan Ekonomi Indonesia Pascapengakuan Kedaulatan
5757
5757
57
A.A.
A.A.
A.
Pilihlah jawaban yang paling benar!
Pilihlah jawaban yang paling benar!
Pilihlah jawaban yang paling benar!
Pilihlah jawaban yang paling benar!
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1.
Golongan yang menghendaki negara kesatuan disebut ... .
a. golongan unitaris
c. golongan reformis
b. golongan fungsionalis
d. golongan federalis
2.
Salah satu program kerja Kabinet Natsir adalah ... .
a. mengadakan keamanan dalam negeri
b. menyempurnakan organisasi ABRI
c.
meningkatkan pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif
d. mengadakan persiapan pemilihan umum
3.
Pada masa demokrasi liberal, pembangunan nasional tidak dapat dilaksanakan sebab...
a. adanya tuntutan dari kalangan ABRI untuk mengganti presiden
b. para pemimpin partai saling berebut kekuasaan untuk kepentingan partainya
c.
timbulnya demonstrasi-demonstrasi di berbagai daerah
d. adanya kesenjangan social di kalanganmasyarakat
4.
Jatuhnya kabinet Wilopo disebabkan oleh karena ... .
a. peristiwa Tanjung Morawa
b. gagalnya pelaksanaan pemilihan umum
c.
peristiwa pergantian pimpinan teras angkatan darat
d. politik luar negeri yang condong kpada Amerika Serikat
5.
Tugas Konstituante adalah ... .
a. membantu tugas-tugas presiden
b. menyusun undang-undang dasar baru
c.
membuat rencana pembangunan lima tahun
d. membuat program kerja kabinet presidential
6.
Badan Pembuat Undang-Undang Dasar disebut ... .
a. parlemen
c.
konstituante
b. kabinet
d. legislatif
7.
Salah satu isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah ... .
a. pembentukan DPRS
b. berlakunya kembali Konstitusi RIS
c.
pembentukan Kabinet Kerja
d. pembubaran Konstituante
8.
Perhatikan pernyataan-pernyataan di bawah ini!
1)
Partai Nasional Indonesia
2)
Partai Indonesia Baru
3)
Partai Komunis Indonesia
4)
Partai Sarikat Islam
5)
Nahdatul Ulama
6)
Masyumi
Organisasi-organisasi politik dan agama di atas yang merupakan perwujudan
NASAKOM ditunjukkan pada nomor ... .
a. 1, 2, dan 4
c. 1, 2, 3, dan 5
b. 1, 3, dan 5
d. 2, 3, 4, dan 6
EvaluasiEvaluasi
EvaluasiEvaluasi
Evaluasi
IPS Terpadu SMP dan MTS Kelas IX
5858
5858
58
9. Pada waktu upacara peringatan Hari Proklamasi ke-14, Presiden Soekarno
menyampaikan pidato dengan judul ... .
a. amanat penderitaan rakyat
b. sekitar revolusi republik Indonesia
c.
penemuan kembali revolusi kita
d. kemenangan perjuangan republik Indonesia
10. Berdasarkan Deklarasi Ekonomi pada tanggal 26 Mei 1963, maka sistem ekonomi yang
dianut oleh pemerintah Indonesia adalah ... .
a. koperasi
b. ekonomi pasar
c.
ekonomi Pancasila
d. ekonomi terpimpin
B.B.
B.B.
B.
Jawablah dengan jelas dan benar!
Jawablah dengan jelas dan benar!
Jawablah dengan jelas dan benar!
Jawablah dengan jelas dan benar!
Jawablah dengan jelas dan benar!
1.
Sebutkan tiga alasan bangsa Indonesia kembali ke NKRI!
2.
Jelaskan tujuan pemilihan umum pertama tahap kedua!
3.
Apakah yang melatarbelakangi dicetuskannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 ? Sebutkan
pula isinya!
4.
Sebutkan intisari Manipol USDEK!
5.
Sebutkan tiga langkah pemerintah untuk memperbaiki ekonomi Indonesia pasca
pengakuan kedaulatan!